Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Just Human

Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Februari 2011

BAHLUL MENGAJARI SYAIKH JUNAI

Syaikh Junaid Baghdadi sedang berjalan-jalan keluar kota Baghdad. Murid-muridnya mengikuti sang syaikh dari belakang. Dia berkata bagaimana keadaan Bahlul. Murid-muridnya menjawab, "Dia sudah kehilangan kewarasannya. Apa keperluan syaikh menanyakannya?"
"Carilah dia dan ajaklah kemari karena aku ada keperluan dengannya."
Setelah mendengar titah syaikh-nya, mereka segera mencari Bahlul dan akhirnya menemukan orangg tua di padang pasir. Lalu mereka membawa Bahlul ke hadapan Syaikh Junaid. Ketika mereka sudah dekat, Syaikh Junaid melihat Bahlul yang penampilannya tidak karuan. Wajahnya penuh lumpur kering. Sang syaikh mengucapkan salam.
Setelah menjawab salam, Bahlul berkata, "Siapa kamu?"
"Aku Junaid Baghdadi."
"Apakah kamu Abul Qasim?"
"Ya!"
"Apakah kamu Syaikh Baghdadi yang mengajari orang syariah Islam?"
"Ya!"
"Apakah kamu tahu cara makan?"
"Aku mengucapkan Bismillah. Aku makan apa yang ada di depanku, aku mengambilnya dalam potongan kecil-kecil, mengunyahnya baik-baik dalam mulutku dan menelannya pelan-pelan. Aku tidak memandang makanan orang lain. Aku berdzikir selagi makan. Makanan apapun yang aku makan, aku selalu mengucapkan Alhamdulillah. Aku mencuci tanganku sebelum dan sesudah makan."
Tiba2 Bahlul berdiri, menggosokkan pakaiannya ke pakaian syaikh, dan berkata, "Kamu ingin menjadi syaikh besar di dunia ini tapi kamu tidak tahu cara makan." Setelah berkata begitu, dia pergi meninggalkan syaikh dan murid-muridnya.
Melihat perlakuan Bahlul yang tidak sopan itu, murid-murid syaikh Junaid berkata, "Oh syaikh! Dia benar-benar gila."
"Dia orang gila yang tahu apa yang dia kerjakan. Dengarkan nasihat-nasihatnya yang bijak."
Setelah berkata begitu, dia mengejar Bahlul dan berkata, "Aku ada keperluan dengannya." . Tentu saja murid2nya buru-buru mengikuti sang syaikh.
Ketika Bahlul sudah sampai ke rumahnya di gurun pasir, dia duduk. Syaikh Junaid datang menghampiri Bahlul. Kata Bahlul, "Siapa kamu?"
"Syaikh Baghdadi yang bahkan tidak tahu cara makan."
"Kamu tidak tahu cara makan, tapi apakah kamu tahu cara bicara?"
"Ya!"
"Bagaimana kamu bicara?"
"Aku bicara dengan suara pelan dan langsung ke permasalahan. Aku tidak bicara yang terlalu sedikit atau terlalu banyak . Aku bicara sehingga yang mendengar bisa memahami apa yang kubicarakan. Aku menyeru agar orang2 menyembah Allah dan mnegikuti jalan Rasulullah. Aku memahami apa yang disebut pengetahuan dzahir dan batiniah." . Setelah berkata begitu, dia menjelaskan tentang adab dan etiket.
"Lupakan soal makan, kamu juga tidak tahu cara bicara.". Tiba2 Bahlul berdiri, menggosokkan pakaiannya ke pakaian syaikh dan pergi meninggalkan syaikh Baghdadi sendirian.
Mengetahui syaikhnya diperlakukan tidak sopan seperti itu, murid-2nya berkata dengan gusar, "Oh syaikh! Tuan lihat sendiri, dia itu orang gila, Apa yang tuan harapkan dari orang gila seperti dia?"
"Aku ada keperluan dengannya. Kalian tidak tahu."
Sekali lagi dia mengejar dan mencari-cari Bahlul sampai ketemu. Setelah ketemu, tanpa basa-basi, Bahlul berkata, "Apa yang kamu inginkan dariku? Kamu tidak tahu cara makan, bicara, apakah kamu tahu cara tidur?"
"Ya, aku tahu."
"Bagaimana kamu tidur?"
"Setelah selesei sholat Isya dan memanjatkan doa, aku memakai pakaian tidurku." Setelah itu dengan panjang lebar, Syaikh Baghdadi menjelaskan bagaimana adab tidur seperti yang dia dapatkan dari orang-orang alim yang pernah mengajarinya.
"Aku jadi tahu kalau kamu memang tidak tahu cara tidur." Setelah berkata itu, Bahlul ingin berdiri, tapi buru-buru Junaid memegang pakaian dan berkata, "Oh Bahlul! Aku tidak tahu, demi Allah di tangan-Nya nyawaku berada, ajarilah aku."
"Aku sengaja menghindarimu karena kamu sendiri mengaku mengetahui pengetahuan agama yang mendalam. Kini kamu juga mengaku bahwa kamu tidak mengetahui apapun. Baiklah, aku akan mengajarimu. Ketahuilah bahwa apa yang aku jelaskan tidak penting. Rahasia makan sesungguhnya tidak lain bahwa kamu hendaknya makan makanan yang halal. Jika kamu memakan apapun yang haram, cara apapun yang kamu gunakan, itu tidak ada fadlilahnya apapun buatmu selain hanya akan membuat hatimu tumpul."
"Semoga Allah meridhoimu, Bahlul!"
Bahlul meneruskan, "Hati harus bersih dan sebelum berbicara niat hati harus betul, lurus semata-mata karena Allah. Semua yang kamu katakan hendaknya membuat Allah senang. Jika tidak, maka apapun yang kamu katakan akan menjadi bencana bagimu. Itulah sebabnya diam itu lebih baik. Apa yang kamu tahu tentang cara tidurmu itu pun juga tidak penting..."
"Rahasia tidur sesungguhnya tidak lain bahwa hatimu harus bebas dari semua rasa benci, iri dan permusuhan. Hatimu harus terbebas dari rasa rakus akan dunia dan isinya dan ingatlah Allah ketika hendak tidur."
Setelah mendengar penuturan Bahlul, Syaikh Junaid kemudian mencium tangan Bahlul dan memanjatkan do'a untuknya. Murid-murid Syaikh Junaid yang dari tadi melihat kejadian ini dan sebelumnya mengira Bahlul gila, membuang jauh2 anggapan mereka dan memulai membuka lembaran baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar