Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Just Human

Total Tayangan Halaman

Senin, 14 Februari 2011

Memahami Islam Jawa

Pemahaman Islam Jawa
Memahami tentang agama Islam yang berkembang di tanah Jawa, nama Syech Siti Jenar dengan  pandangannya berupa ajaran kasampurnan tampaknya yang lebih meresap di dasar kepercayaan orang Jawa, karena ajaran kasampurnan yang tidak lain adalah ajaran menunggaling kawulo gusti memang memiliki kesesuaian pandangan dengan logika dan kesadaran hidup orang Jawa. 

Walaupun demikian keadaannya, wali songo yang menyokong berdirinya keadaan Demak memiliki pandangan yang berbeda dengan ajaran Syech Siti Jenar, ajarannya yang amat kontroversial itu telah membuat gelisah para pejabat kerajaan Demak Bintoro. Di sisi kekuasaan, Kerajaan Demak khawatir ajaran ini akan berujung pada pemberontakan mengingat salah satu murid Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging atau Ki Kebokenanga adalah keturunan elite Majapahit (sama halnya dengan Raden Patah).
Terlepas dari polemik sejarah tentang ajaran Syech Siti Jenar yang dianggap sesat, ajaran manunggaling kawulo gusti terus berkembang di pulau Jawa dan berbaur dengan ajaran yang didakwahkan oleh para wali (wali songo). Sehingga kita sangat sulit membedakan diantara  para pemeluk-pemeluknya. 
Namun mengingat Panembahan Senapati "mampu" menikah dengan penguasa ghaib laut selatan ini menjadi indikator bahwa Panembahan Senapati selain menguasai ajaran manunggaling kawula gusti yang diamalkan oleh para pengikut Syech Siti Jenar, ia mampu menggabungkan dengan kekuatan penguasa laut selatan. Ajaran Panembahan Senapati ini kemudian berkembang menjadi ajaran di dalam Kesultanan Mataram Islam khususnya bagi para bangsawan didalam kraton. Ajaran ini yang sekarang dikenal sebagai  Islam Jawa Manunggaling Kawula Gusti.

Islam Jawa Kasunyatane Urip
Dalam perjalanan memahami Islam Jawa ini saya menemukan perbedaan yang sangat mendasar, bahwa Islam Jawa yang berada di Pare-Kediri merupakan Islam Jawa Kasunyatane Urip dan tidak ada keterikatan dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa ghaib laut selatan.
Mengapa demikian? Disinilah letak kemurnian dari ajaran kasampurnan yang menjadi ciri dari Islam Jawa Kasunyatane Urip. Ajaran kasampurnan Islam Jawa Kasunyatane Urip pada hakikatnya menempatkan Al Quran sebagai satu-satunya pedoman hidup di dunia. Hubungan antara Gusti Allah dengan kawulanya bersifat individualistik, sehingga pencapaian pada tingkatan yang lebih tinggi lagi adalah urusan masing-masing individu yang mempelajarinya tergantung dari kemampuannya menyerap makna hakikat yang akan ditemui didalam  perjalanan di kehidupan sehari-hari.
Disinilah yang membedakannya, pelaku Islam Jawa Kasunyatane Urip hanya bersandar kepada Allah swt dan apapun yang terjadi tidak akan meminta pertolongan kepada sesama mahluk (seperti yang dilakukan Panembahan Senopati kepada Kanjeng Ratu Kidul). Para pelakunya hanya memohon pertolongan kepada Allah swt saja.

Laku Tirakat dan Amalan

Di postingan yang lalu di Laku Islam jawa saya sudah sebutkan beberapa hal yang harus dilakukan, jika ingin membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah swt haruslah diiringi dengan niat yang tulus ikhlas untuk berserah diri. 
Laku spesifik yang dijalani didalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah tidak meminta apapun dari orang lain kecuali kepada orang tuanya ; tidak menolak pemberian orang lain berapapun jumlahnya ; nrimo ing pandum ; tidak menagih uang yang dipinjamkan kepada orang lain ; tidak meminjam uang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tidak ada doa khusus didalam laku tirakat ini, anda hanya  mengamalkan bacaan,
  • bacaan tasbih, Subhanallah... cara melafadzkannya didalam hati seiring dengan keluarnya nafas merupakan ungkapan rasa syukur kepada Nya. 
  • bacaan Al Fatihah, jika membaca wajib diawali dengan membaca ta'awud (audzubillahi minnasy syaithoon nirrojiim) dan dibaca sd Amin.
  • saat melaksanakan sholat, baik wajib atau sunnah, pejamkan mata dan semua bacaan dibaca didalam hati sambil dirasakan dengan tuma'ninah. Inilah yang disebut dengan melaksanakan sholat hakikat.
  • selesai sholat, wiridnya cukup Al Fatihah 3x Subhanallah 3x. Jika ingin memakai wirid yang biasa dipakai juga tidak apa-apa.
  • berdoa hanya minta bimbingan dan tuntunan dari Allah, jangan mendikte Allah dengan macam-macam permintaan.
Demikian sekelumit gambaran yang bisa saya sampaikan, tentu tidak lengkap dan memang sebaik-baiknya ilmu itu harus diberikan langsung secara lahiriah. Bagaimanapun juga hal ini adalah sebuah peribadatan hakikat yang harus benar-benar serius didalam menjalaninya.
akhir kata tetap sehat bersemangat dan selalu taat
terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar