Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Just Human

Total Tayangan Halaman

Kamis, 03 Maret 2011

Masjid Bahlul

Waktu itu, masyarakat di sebuah kampung dimana si Bahlul tinggal membangun sebuah masjid.
Suatu saat, si Bahlul berjalan-jalan dan melihat mereka sibuk membangun masjid tersebut. Melihat kesibukan yang mereka lakukan, si Bahlul bertanya kepada mereka; “Apakah gerangan yang kalian lakukan?”
Mereka menjawab: “Kami sedang membangun masjid”.
Si Bahlul kembali bertanya: “Untuk apa?”
Mereka menjawab: “Untuk mendapat ridho Tuhan”.
Mendengar hal tersebut, lantas si Bahlul pergi meninggalkan tempat itu, beranjak menuju rumahnya.
Diam-diam, di rumahnya, si Bahlul menyiapkan papan (plang) besar yang bertuliskan; “Masjid Bahlul”. Lantas pada malam harinya, si Bahlul dengan sembunyi-sembunyi memasang plang besar tersebut di depan masjid yang telah masyarakat bangun tadi.
Keesokan harinya, setelah melihat plang “Masjid Bahlul” sudah terpampang di depan masjid, para masyarakat yang seharian telah sibuk dan bersusah payah membangun masjid tersebut menjadi geram. Kemudian, mereka berbondong-bondong mencari si Bahlul untuk memberi pelajaran kepadanya. Setelah mereka menjumpai si Bahlul yang sedang asyik ngopi dan ngerokok di warung pojok kampung, segera mereka menyeretnya dan memukulinya ramai-ramai sambil mengatakan; “Kenapa engkau tidak menghargai hasil jerih payah orang lain, lantas dengan seenaknya menaruh namamu di depan masjid itu…!?”
Si Bahlul menjawab dengan tenang: “Bukankah kalian telah menyatakan bahwa kalian bangun masjid itu untuk (keridhoan) Tuhan? Kalaupun masyarakat salah dalam menyangka akan jerih payah kalian akibat terpampangnya plang itu, tetapi bukankah Tuhan tidak akan pernah salah dalam sangkaan-Nya bahwa kalianlah yang punya jerih payah pembangunan masjid itu?”
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar